Kamis, 05 Maret 2015

SENI BUDAYA


LENONG BETAWI



A.Pengertian

Lenong adalah kesenian teater tradisional atau sandiwara rakyat Betawi yang dibawakan dalam dialek Betawi yang berasal dari Jakarta, Indonesia.

B.Sejarah

Lenong merupakan teater rakyat / tradisional. Lenong berasal dari nama salah seorang Saudagar China yang bernama Lien Ong. Konon, dahulu Lien Ong lah yang sering memanggil dan menggelar pertunjukan teater yang kini disebut Lenong untuk menghibur masyarakat dan khususnya dirinya beserta keluarganya. Pertunjukan lenong dibagi atas tiga bagian yaitu sebagai pembukaan dimainkan lagu-lagu berirama Mars secara instrumental untuk mengundang penonton datang. Setelah itu dimainkan lagu-lagu hiburan. Terakhir lakon. Pada awal perkembangannya lenong memainkan cerita-cerita kerajaan, baru kemudian memainkan cerita kehidupan sehari-hari.
 Lenong berkembang sejak akhir abad 19 atau awal abad 20. Seni teater mungkin merupakan adaptasi oleh masyarakat Betawi seni yang sama seperti "komedi bangsawan" dan "teater opera" yang sudah ada pada saat itu. Selain itu, Firman Muntaco, seniman Betawi, menyatakan bahwa berevolusi dari proses teater lenong musik Gambang Kromong dan sebagai tontonan sudah dikenal sejak 1920-an.

Pertunjukan lenong biasanya untuk memeriahkan pesta. Dahulu lenong sering ngamen. Pertunjukan ngamen ini dilakukan bukan untuk memeriahkan pesta tetapi untuk memperoleh uang. Penonton yang menyaksikan pertunjukan akan diminta uang sukarela.
Pertunjukan diadakan di udara terbuka tanpa panggung. Ketika pertunjukan berlangsung, salah seorang aktor atau aktris mengitari penonton sambil meminta sumbangan secara sukarela. Selanjutnya, lenong mulai dipertunjukkan atas permintaan pelanggan dalam acara-acara di panggung hajatan seperti resepsi pernikahan. Baru di awal kemerdekaan, teater rakyat ini murni menjadi tontonan panggung.

Setelah sempat mengalami masa sulit, pada tahun 1970-an, kesenian lenong yang dimodifikasi mulai dipertunjukkan secara rutin di panggung Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Selain menggunakan unsur teater modern dalam plot dan tata panggungnya, lenong yang direvitalisasi tersebut menjadi berdurasi dua atau tiga jam dan tidak lagi semalam suntuk.

Selanjutnya, lenong juga menjadi populer lewat pertunjukan melalui televisi, yaitu yang ditayangkan oleh Televisi Republik Indonesia mulai tahun 1970-an.

Pada hakikatnya lenong dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

Lenong Preman

Lenong Preman diasumsikan cerita berdasarkan sudut pandang masyarakat menengah ke bawah zaman dahulu.

Gaya bahasa yang digunakan cenderung kasar ( bahasa sehari-hari ), seperti elu, gue, bangsat, dan lain sebagainya. Ciri lain lenong preman adalah penggunaan huruf vocal ‘a’ di setiap akhir kata, misal ; ‘ngapa’, ‘mana’, ‘siapa’, dengan pengucapan suku kata terakhir dipanjangkan. Lenong preman masyarakat pinggiran tidak mengenal teks tertulis. Sutradara hanya sekedar menyampaikan sinopsis secara lisan, dan menentukan aktor dan aktris yang akan memainkan tokoh-tokoh dalam cerita. Selebihnya, aktor dan aktris, utama atau pendukung, mengandalkan improvisasi. Yang paling khas dari lenong preman adalah selalu ada perkelahian, karena cerita yang dimainkan tentang jawara,-jagoan kampung dalam sistem kekuasaan masyarakat Betawi- versus centeng,-tukang kepruk yang bekerja untuk tuan tanah.


Biasanya pertunjukan ditampilkan di tempat dimana masyarakat berkumpul. Panggung pertunjukan berupa ‘panggung arena’, yang hanya beralaskan rumput/tikar, dengan penerangan obor/lampu minyak dan dikelilingi oleh penontonyang duduk berkumpul menyerupai tapal kuda. Busana yang dikenakan tidak ditentukan oleh sutradara dan umumnya berkisah tentang kehidupan sehari-hari. 

Contoh Lenong Preman : Cerita Si Pitung, Abang Jampang, Wak Item, dan lain-lain.

Lenong preman Betawi tidak bisa diterima masyarakat Betawi Tengah. Penolakan disebabkan beberapa hal. Pertama, lenong preman pinggiran relatif sekulerm dengan kehidupan panjak-nya yang melanggar norma. Panjak adalah pekerja lenong yang terdiri dari aktor, aktris, dan pemain music gambang kromong. Kedua, penggunaan bahasa Betawi rendahan. Orang Betawi tengah memandang sinis bahasa Betawi rendahan yang menurut mereka tak santun. Ketiga, adegan dalam lenong preman pinggiran cenderung mengeksploitasi kekerasan dan tidak mengajarkan etika.

Namun dalam perkembangannya ada proses rekacipta terhadap lenong preman pinggiran. Lenong preman pinggiran ditampilkan dengan dialek Betawi tengah yang lebih santun, serta disesaki muatan relijius di setiap drip,-bagian dari babak dalam lenong. Misalnya, penggunaan kata ‘assalamualikum’ dan tradisi cium tangan dengan orang yang lebih tua. Bahasa yang digunakan juga relatif santun, dengan huruf vocal ‘e’ di akhir kata, dan kental pengaruh Arab. Misalnya, ‘ane’, ‘ente’, ‘kite’, untuk menyebut saya, kamu, dan kita.


Lenong Denes (dinas)

Adalah pertunjukan teater dimana cerita berisi mengenai dinamika pemerintah yang saat itu dipegang oleh penjajah. Namun demikian, cerita yang diusung tetap mengenai sisi perlawanan masyarakat terjajah. Gaya bahasa yang digunakan cenderung halus, seperti saya-anda, tuan, dan lain-lain.

Lenong Denes diasumsikan berdasarkan sudut pandang golongan menengah atas. Aktor dan aktrisnya umumnya mengenakan busana formal dan kisahnya ber-seting kerajaan atau lingkungan kaum bangsawan, Contoh lenong denes : Cerita 1001 malam, dan lain-lain.



C. Alat musik pengiring Lenong


Sejak awal keberadaannya, Pertunjukan lenong diiringi oleh gambang kromong, maka gambang kromong disebut sebagai orkes pengiring. Gambang kromong banyak dipengaruhi oleh unsur alat musik Cina. Alat musik itu antara lain : tehyan, kongahyan dan sukong. Selebihnya alat musik kempor, ningnong dan kecrek. Kuatnya unsure cina ini, karena dahulu orkes gambang kromong dibina dan dikembangkan oleh masyarakat keturunan cina.

D.Lakon

Dalam lakon lenong, skenario lenong umumnya mengandung pesan moral, yaitu menolong yang lemah, membenci kerakusan dan perbuatan tercela.


E.Bahasa yang digunakan 

Dalam pementasannya, Lenong Betawi biasanya menggunakan bahasa melayu atau yang sekarang sering disebut bahasa Indonesia tetapi menggunakan dialek khas betawi.



F. Seniman lenong      


Beberapa seniman Lenong Betawi terkenal yang lahir dan terkenal dari kesenian ini cukup banyak antara lain : H. Bokir (alm), Mpok Nori sampai Mandra. Namun tokoh dalam bidang ini siapa lagi kalau bukan H.M. Nasir T (Bang Nasir).

G. Cuplikan Gambar Teater Lenong Betawi